Pada Akhirnya
Skenario #1
Empat orang sekawan sedang berkumpul di tempat kos seorang temannya. Hari itu sebenarnya dihitung sebagai libur dari kampus mereka. Namun, demi mengerjakan tugas yang deadline-nya sudah di pelupuk mata, tiga orang dari mereka rela menempuh jarak ratusan meter dari rumah masing-masing untuk pergi ke kosan mahasiswi temannya tersebut.
Saat tengah mengerjakan bagian tugas masing-masing, terjadilah percakapan ini.
Mahasiswi 1: Si ABC (laki-laki, nama disamarkan) kan kalo ke kampus pake make up.
Mahasiswi 2: Iya, gue sering liat mukanya ada lapisan putih.
Mahasiswa: ABC yang mana sih?
Mahasiswi 3: Itu yang sering sama cewek-cewek.
Mahasiswa: Ah masa...
Mahasiswi 1: Iya beneran, orang yang ngajarin aku make kertas minyak aja dia.
Mahasiswa 2: Beneran? *kaget dan tak percaya*
Mahasiswi 1: He-eh. *mengangguk*
Mahasiswa: Serius? *muka bergidik dan tak percaya*
Fakta: ABC memang sering terlihat menggunakan bedak dan lipstik tipis-tipis (atau lip gloss) saat di kampus. Ia juga beberapa kali memakai kertas minyak di tengah jam mata kuliah tertentu di kelas.
Akhir cerita: setelah tertawa-tawa bodoh bercampur perasaan surprise mendengar cerita baru tentang teman kampus mereka, empat sekawan tersebut menutup percakapan dengan ucapan, "Udahlah, orang kan beda-beda..."
#Skenario 2
Masih di tempat yang sama dengan susunan personil tidak berubah.
Topik obrolan beberapa saat kemudian bergeser menjadi status relationship seorang talent perempuan video mereka yang diketahui dari Facebook.
Mahasiswi 2: Wah statusnya engaged.
Mahasiswa: Hah engaged?
Mahasiswi 2: Iya di Facebook-nya sih gitu.
Mahasiswa: Oh Facebook doang kan bisa bohong-bohongan. *ekspresi sedikit lega* *CIEEE* *pesawat lewat*
Mahasiswi 2: Hahaha iya lah.
Mahasiswa: Ga enak banget jir kalo beneran. Gue ga kebayang hidupnya bakal terkekang kalo udah tunangan.... *muka menerawang*
Akhir cerita: percakapan yang tidak menghabiskan banyak waktu tersebut mereka akhiri dengan kalimat yang sama seperti cerita sebelumnya yaitu, "Udahlah, orang kan beda-beda..."
Dari dua kejadian di atas gue bisa dengan yakin menarik kesimpulan kalau pada akhirnya, semua akan kembali ke pribadi masing-masing individu. Mau orang lain komentar apa, karena yang menjalani juga cuma dia, ya keputusannya tetap pada si individu ini yang punya kuasa penuh. Orang lain mau mengejek, menertawakan, mendukung, menolak, atau bentuk komentar lainnya, ya itu urusan mereka sendiri. Orang kan beda-beda, jadi nggak semuanya bisa dituntut untuk bersikap sama atau menuruti standar yang diinginkan masyarakat atau kelompok tertentu. Selama apa yang dilakukan si individu itu nggak menimbulkan masalah buat lo atau orang lain, nggak masalah kan if they choose to go on their own way. ;)
Empat orang sekawan sedang berkumpul di tempat kos seorang temannya. Hari itu sebenarnya dihitung sebagai libur dari kampus mereka. Namun, demi mengerjakan tugas yang deadline-nya sudah di pelupuk mata, tiga orang dari mereka rela menempuh jarak ratusan meter dari rumah masing-masing untuk pergi ke kosan mahasiswi temannya tersebut.
Saat tengah mengerjakan bagian tugas masing-masing, terjadilah percakapan ini.
Mahasiswi 1: Si ABC (laki-laki, nama disamarkan) kan kalo ke kampus pake make up.
Mahasiswi 2: Iya, gue sering liat mukanya ada lapisan putih.
Mahasiswa: ABC yang mana sih?
Mahasiswi 3: Itu yang sering sama cewek-cewek.
Mahasiswa: Ah masa...
Mahasiswi 1: Iya beneran, orang yang ngajarin aku make kertas minyak aja dia.
Mahasiswa 2: Beneran? *kaget dan tak percaya*
Mahasiswi 1: He-eh. *mengangguk*
Mahasiswa: Serius? *muka bergidik dan tak percaya*
Fakta: ABC memang sering terlihat menggunakan bedak dan lipstik tipis-tipis (atau lip gloss) saat di kampus. Ia juga beberapa kali memakai kertas minyak di tengah jam mata kuliah tertentu di kelas.
Akhir cerita: setelah tertawa-tawa bodoh bercampur perasaan surprise mendengar cerita baru tentang teman kampus mereka, empat sekawan tersebut menutup percakapan dengan ucapan, "Udahlah, orang kan beda-beda..."
#Skenario 2
Masih di tempat yang sama dengan susunan personil tidak berubah.
Topik obrolan beberapa saat kemudian bergeser menjadi status relationship seorang talent perempuan video mereka yang diketahui dari Facebook.
Mahasiswi 2: Wah statusnya engaged.
Mahasiswa: Hah engaged?
Mahasiswi 2: Iya di Facebook-nya sih gitu.
Mahasiswa: Oh Facebook doang kan bisa bohong-bohongan. *ekspresi sedikit lega* *CIEEE* *pesawat lewat*
Mahasiswi 2: Hahaha iya lah.
Mahasiswa: Ga enak banget jir kalo beneran. Gue ga kebayang hidupnya bakal terkekang kalo udah tunangan.... *muka menerawang*
Akhir cerita: percakapan yang tidak menghabiskan banyak waktu tersebut mereka akhiri dengan kalimat yang sama seperti cerita sebelumnya yaitu, "Udahlah, orang kan beda-beda..."
* * *
Dari dua kejadian di atas gue bisa dengan yakin menarik kesimpulan kalau pada akhirnya, semua akan kembali ke pribadi masing-masing individu. Mau orang lain komentar apa, karena yang menjalani juga cuma dia, ya keputusannya tetap pada si individu ini yang punya kuasa penuh. Orang lain mau mengejek, menertawakan, mendukung, menolak, atau bentuk komentar lainnya, ya itu urusan mereka sendiri. Orang kan beda-beda, jadi nggak semuanya bisa dituntut untuk bersikap sama atau menuruti standar yang diinginkan masyarakat atau kelompok tertentu. Selama apa yang dilakukan si individu itu nggak menimbulkan masalah buat lo atau orang lain, nggak masalah kan if they choose to go on their own way. ;)
Seperti biasa. Ringan, bikin senyum tapi tetep berisi. :))
ReplyDelete