Mau Dibawa Kemana?
Hei. Sebelum berpikir macem-macem, tulisan gue ini bukan ngebahas tentang lagu Armada. Bukan ngebahas tentang bandnya juga. Judul di atas gue pilih soalnya pas banget dengan keadaan yang mau gue omongin sekarang.
Pertanyaan "mau dibawa kemana?" kalo mau sok disambung-sambungin, nggak cuma untuk penggambaran hubungan yang gantung dan penuh ketidakpastian (ini kan maksud dari lagu Armada). Pertanyaan itu juga bisa jadi bahan merenung untuk gue, lo, yah........ kita semua sih sebenernya. Gue dapet inspirasi tulisan ini dari kejadian di angkot sekitar, um beberapa bulan yang lalu.
Gue inget banget hari itu. Salah satu hari yang masih tersimpan rapi dalam memori dari 180 hari yang gue habiskan di semester satu. Waktu itu gue lagi dalam perjalanan ke kampus, hari apa tepatnya gue lupa, tapi yang jelas hari itu gue telat haha. Duduk sendirian di dalam angkot kuning, menanti saat kapan abangnya akan mulai menstarter mesin dan berhenti ngetem, gue memutuskan untuk diam saja dan menikmati keadaan sekitar Gading Serpong pagi itu (ya mau ngapain juga deh......... koprol?). Penumpang pagi itu kebetulan bukan cuma gue, ada satu bapak berusia cukup tua yang duduk di kursi depan, di samping abang angkot.
Yang bikin menarik dari kejadian pagi itu adalah obrolan abang angkot dan bapak tua tentang Indonesia. Kalo gue perhatiin, emang ada tipe abang angkot yang update berita-berita terbaru dan suka mendiskusikan topik yang menurutnya menarik dengan penumpang angkotnya. Nah, abang angkot pagi itu termasuk dalam kelompok yang up-to-date tadi. Kembali ke topik awal, yaitu obrolan mereka. Topik mereka, seperti gue udah sebutin, ngebahas soal Indonesia. Dan bukan hal-hal yang remeh macam sepakbola atau cabang-cabang olahraga lain, seperti bulu tangkis. Abang angkotnya ngomongin soal Gayus (kasusnya baru ramai waktu itu), polisi-polisi yang kerjaannya nggak bener, tingkah laku anggota DPR juga nggak ketinggalan dibahas.
Diskusi mereka seru banget dan bikin gue kaget, terutama waktu abang angkotnya melontarkan pertanyaan ini ke si bapak tua:
Kalo gini terus, Indonesia mau dibawa kemana?
Ha. Biarpun cuma jadi pendengar obrolan pagi itu, kalimat diatas lumayan punya efek buat gue. Gue jadi kepikiran soal Indonesia dan tentunya, hidup gue sendiri. Emang susah kadang jadi orang yang seneng mikir, ada obrolan atau kalimat yang gue rasa menyentil sedikit aja, pasti deh langsung kepikiran. Gara-gara kalimat "mau dibawa kemana" tersebut, gue janji bakal menulis sesuatu tentang ini. Gue mikir, abang angkot itu bener banget. Indonesia mau dibawa kemana coba kalo keadaan yang terkendali-tapi-diam-diam-punya-banyak-kebobrokan seperti sekarang dibiarkan terus? Kenapa para koruptor masih berkeliaran bebas, sementara maling-maling lain yang hasil curiannya jauh lebih kecil (dari sisi jumlah) pada gantian keluar-masuk penjara? Terlalu banyak ketidakadilan, masih ditambah sistem pemerintahan kita yang nyeleneh (dan pemimpinnya yang suka aneh), jangan heran kalo abang angkot (yang tergolong rakyat kecil) bisa sampe punya pertanyaan seperti itu. Mungkin pemerintah lupa, di zaman sekarang dimana informasi mudah didapat dan diakses, hal sekecil apapun yang mereka lakukan bisa langsung dinilai oleh rakyat. Rakyat juga udah semakin pintar dan nggak bisa dibodohi lagi, beda sama keadaan Indonesia saat dibawah kepemimpinan Soeharto.
Hmm jadi berat ya? Hahaha! Habis gimana...... dari pertanyaan simpel, pikiran gue jadi merambat kemana-mana. Terus gue mikir lagi ya, udah lah nggak usah mikirin yang jauh-jauh dulu, hidup gue sendiri gimana ini? Sekarang.......... status gue udah mahasiswa, bukan anak SMA lagi. Makin ke sini, gue merasa tanggung jawab yang ada makin besar. Bukan cuma tanggung jawab soal dunia akademis, tapi juga keluarga, lingkungan sosial, dan tentang iman yang pasti. Gue udah nggak bisa seenaknya lagi kayak dulu, harus ada perubahan dalam hidup gue! Muahaha. Gue emang bukan tipe orang yang senang membuat target ini-itu, tapi gue punya tujuan hidup. I'm gonna stick to that and yeah I'm gonna try to live my life to the fullest! #positivity
Terakhir nih, tanggung jawab terhadap hal-hal yang gue sebut tadi sangat penting, ada satu hal lain yang nggak kalah penting: tanggung jawab gue ke blog ini. Sekian lama nggak menulis dan menuangkan pikiran-pikiran gue disini, gue akhirnya bisa memutuskan blog ini mau dibawa ke mana hehehe. Gue nggak akan meninggalkan blog ini begitu aja. I'll write again, soon.
So, see you!
Numpang komentar, ya. Soalnya gw paling suka materi kayak gini, hahahaha...
ReplyDeleteSecara pribadi gw udah ga heran sama supir angkotnya. Mungkin kebanyakan dari kita menganggap orang seperti mereka (orang bawah) adalah orang yang ga ngerti apa-apa. Tapi jangan salah!
Gw banyak kenalan deket dari orang bawah, kayak tukang ojeg, kenek bis, supir taksi, tukang koran sampe tukang bubur dan tukang fogging DBD. Dan mereka selalu kritis dalam menanggapi apa yang terjadi di Indonesia.
Emang bahasan mereka ga muluk-muluk kayak yang dibahas para anggota dewan sambil bobo siang atau ngebokep pake laptop juara atau sambil jalan-jalan pas studi banding. Mereka cuma ngebahas yang intinya satu, "Kapan kita orang bawah bisa makmur?"
Dan kenapa mereka jadi orang yang cukup kritis dan peduli sama kemajuan Indonesia? Ga lain dan ga bukan karena mereka cuma rakyat kecil! Mereka harus kemana lagi? Mereka cuma bisa diem dan ngeliat sambil terus berdo'a biar Indonesia bisa lebih baik.
Jadi intinya, kalo Indonesia mau maju dengarkanlah keluhan rakyat kecil. Jangan dengarkan yang ada di gedung miring sana! Yang ada di gedung miring isinya otaknya juga miring semua! Namanya wakil rakyat, tapi apakah kemakmuran rakyat juga harus diwakilkan? Apakah hak pendidikan harus diwakilkan? Apakah akses kesehatan harus diwakilkan?
Terimakasih untuk erika yang udah nulis materi yang menarik. Beberapa blog gw juga berisi tentang kritik ke pemerintah. Jadi kalo ada waktu silahkan main dan ikut memberi komentar, hahaha... Terimakasih juga udah rela blognya dikotori sama komentar gw yang ancur ini, hahahaha...
Terakhir untuk kalian para pejabat dan petinggi negara, berfikirlah dengan hati nurani, jangan dengan nafsu. Semoga Allah cepat memberikan petunjuk dan hidayah-Nya. Amin.