Yang Tertinggal di Sini
![]() |
Guru-guru SMA Sanur BSD. // Sumber: grup Facebook angkatan '10. |
Kerap disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, masa depan sebuah bangsa salah satunya terletak di tangan mereka, lewat pengajaran dan ilmu yang diberikan kepada para anak didik. 25 November diperingati sebagai Hari Guru di Indonesia, gue menulis post ini untuk segenap guru-guru yang pernah hadir, mengajar, dan meninggalkan pengaruh ke dalam hidup gue.
Dulu waktu sekolah (utamanya pas masih SMP), gue sering kena razia kuku. Di depan gerbang masuk gedung SMP-SMA, selalu ada barisan guru piket yang setiap hari berganti orangnya dan gue, biasanya, pasti kena razia kuku karena kuku-kuku gue yang panjang. Waktu itu sering kena apalagi kalau bukan karena gue malas gunting kuku hehehe. Adalah Bu Maria dan Bu Nina, yang memperoleh kehormatan kesempatan berkali-kali menegur gue. Bisa dibilang, itu salah satu tindakan bandel gue haha (iya, cuma segitu aja). Sekarang, gue udah merasakan enaknya punya kuku pendek, dan melihat kalau kuku panjang itu ternyata nggak-banget hahaha. Kalau nggak ada mereka, gue nggak bakalan kapok berkuku panjang dan tahu rasa nyaman berkuku pendek :D
Guru lain yang secara nggak langsung mempengaruhi cara menulis gue adalah guru sejarah yang paling... semangat meski bertubuh mungil, Bu Cicil! Belajar sejarah sama beliau menyenangkan sekali, (dan biarpun kalimat ini nggak ada hubungannya) gue heran kalau denger ada orang yang nggak suka sejarah..... balik ke minat orang masing-masing lagi sih akhirnya hehehe. Fokus pada analisis peristiwa dan tidak menitikberatkan pada tanggal peristiwa itu berlangsung merupakan ciri khas beliau. Kalau pakai unsur kelengkapan berita, beliau ini mau melihat gimana murid-muridnya menjelaskan 'how' dibandingkan 'when' atau 'where' semata. Semakin ke sini gue merasa kalau cara gue menulis, besar mendapat pengaruh dari ajaran beliau hehe.
Selanjutnya, guru ini sempat menjadi wali kelas gue.... pas kelas 12 alias tahun terakhir SMA. Bu Siska, guru ekonomi dan akuntansi yang murah senyum, jujur apa adanya, dan punya tipe muka-memancing-curhat (ada aja kan orang-orang bertipe muka begini, dan beliau salah satunya!). She's the kind of person you would look for when all you need is truth, however painful it might be, not a sugar-coated fact. Beliau merupakan salah satu guru yang meninggalkan kesan lebih dari kedalaman lubang biopori 100 cm bagi gue, alias dalam banget. Mungkin benar kata orang, kalau mau diingat, lo harus jadi yang 'nggak biasa'. Dan Bu Siska, termasuk dalam kategori 'nggak biasa' tadi :") gue ingat betul, di tahun pertama SMA, di pertemuan pertama kelas akuntansi, beliau cerita soal tanaman. Inti ceritanya, selain disiram dengan air, agar tanaman kita tumbuh subur, kita perlu ngobrol ke tanaman-tanaman tersebut. Ngobrol, selayaknya lagi bercerita dengan teman-teman atau kerabat. Baru pertama kali mendengar ide 'aneh' tersebut, waktu itu gue tertawa. Dan anak-anak sekelas juga. Bukan hanya bagi gue, ternyata buat kami anak-anak yang baru lulus SMP, ide itu terasa 'jauh'. Sekarang, gue baru ngeh kenapa gue dangkal banget waktu itu....... Apa yang beliau sampaikan itu sebenarnya sama sekali nggak 'jauh', dan (yang terpenting) nggak aneh. Artinya, gue yang aneh :"( hahaha. Bu Siska mengajarkan hal kecil, yang sering luput dari perhatian orang. Dan gue sangat bersyukur ada di kelasnya waktu itu, meski baru sadar jauh setelah hari tersebut.
Terima kasih ibu guru-ibu guru, semoga kalian selalu dilimpahi kesehatan dan kekuatan untuk mengajar puluhan, ratusan, murid-murid lain di hari-hari ke depan. Juga, terima kasih untuk para guru yang namanya nggak gue sebutkan di sini. Selamat Hari Guru!
Comments
Post a Comment
What are you thinking? Tell it to me!