Karena angka bukan sekadar angka
Sepanjang dua bulan yang lalu, Juli-Agustus, gue magang di sebuah media ekonomi dan bisnis. If you happen to know me, that sounds VERY unusual, eh? Haha gue juga masih nggak percaya kalo kemarin itu bisa magang di sana.
Karena gue anaknya suka mikir, bikin analisis sendiri (terdengar serius tapi percayalah... Analisis ini nggak muluk-muluk bentuknya, kayak bikin hubungan sebab-akibat, nyambung-nyambungin peristiwa satu dan lainnya :D), gue menarik sebuah kesimpulan kalau "numbers aren't just numbers".
Sedikit flashback, hari-hari pertama rasanya mau langsung pulang ke rumah karena pusing, nggak ngerti sama apa yang jadi topik berita. Istilahnya merana. Dua hari pertama pergi ke kantor, nah begitu disuruh terjun ke lapangan baru semuanya terasa lebih baik :"")
Dari apa yang gue dapat selama magang, setiap beat punya karakter sendiri, tapi beat ekonomi itu spesial dan punya spesifikasi unik. Pernyataan ini bukan asal ngomong karena reporter beneran juga mengakui, biarpun nggak to the point. Ada redaktur media online (pas jadi reporter pernah ngepos di bursa efek Indonesia dan salah satu kementerian) dan staf humas salah satu kementerian yang ngomong gini, "Anak politik disuruh bikin (berita) ekonomi biasanya pada nggak mau. Anak ekonomi biasa nulis urutan prosesnya, jelas."
Apa yang mereka omongin terus gue inget dan di perjalanan hari-hari setelahnya, omongan mereka terbukti benar adanya. Dua minggu menjelang berakhirnya magang, ada rolling di redaksi - lupa ngasitau, gue di bagian online, bukan harian- dan gue ikut ke-rolling. Dari sektor industri bergeser ke nasional yang garis besarnya berhubungan dengan politik. Omongan lain dari dua orang yang gue sebut sebelumnya adalah.... "Kalo politik, dengerin orang (narasumber) ngomong, langsung ketik bisa. Ekonomi nggak gitu."
Terkesan gampang padahal nggak gitu juga hehe. Langsung ketik tapi nggak paham isunya gimana mau nulis berita? Nggak mungkin cuma omongan narsumnya kan yang dikirim ke kantor? Di sisi lain, berita ekonomi kuat di data. Jumlah investasi, peruntukannya buat apa saja, kapan beroperasi, berapa kapasitasnya, dan seterusnya :D kalo sering baca berita ekonomi, lama-lama akan terlihat polanya.
Terus, angka-angka yang jumlahnya bisa mencapai milyar dan triliun itu bukan cuma sebatas hitungan di atas kertas. Besaran angka bisa menentukan status sebuah negara; gimana porsi impor-ekspor, jumlah hutang, target inflasi dan total belanja yang dianggarkan untuk satu periode. Pokoknya angka tuh bukan cuma angka. Artinya bisa beragam. Dan gue belajar banget soal ini waktu salah nulis satuan mata uang. Iya, gue waktu itu kelewat yakin dan nggak bertanya ulang ke reporter lain soal nilai investasi, saat redaktur nanya "ini benar rupiah?" Gue baru sadar malem harinya (yang berarti telat karena berita udah turun sejak sore....), kemudian sms ngabarin redaktur keesokan paginya. Kesalahan fatal yang parah........ dan bikin mata gue terbuka kalau perbedaan Rupiah dan US$ itu sangaaaaaaaaaaaat jauh.
I learnt A LOT of things and for now I'd like to keep them inside here (point to my head). Tapi di sini gue mau bilang terima kasih yang super buat Cesi yang kekeuh bilang kalo gue harus nyoba masukkin lamaran magang ke sana, Veta yang nemenin nganter CV + kesasarnya + kejutan kiriman semangat bertubi-tubi, Upi yang yakin kalo gue keterima (sebenernya menurut gue, kalo yang lain juga nyoba, pasti keterima!!), dan utamanya Bapak-Mama yang setia dengerin cerita selama magang dan nggak protes kenapa anaknya nggak coba di tempat lain. Terima kasih juga teriring untuk mereka yang ngirimin semangat di pertengahan Juli kemarin :') terima kasih Inas, Icha, Anggita, Namira, Nessie, Ninda, Manda, Aya...... kalian penyelamat.
Guess I'll see you again in any other time........... soon? :)
Comments
Post a Comment
What are you thinking? Tell it to me!