Kamu Anak Siapa?
Akhirnya ketemu lagi sama blog ini........... Beberapa hari yang lalu sempat sign in, terus nggak berapa lama langsung sign out. Bingung mau nulis apa :| hahaha. Yang mau ditulis sekarang juga sebenarnya hasil dari pengamatan sehari-hari. Bukan pengamatan serius semacam penelitian, tapi hasil penglihatan di waktu kosong selama ini.
Sebagai warga kota besar, pemandangan ibu-ibu yang sibuk dengan dirinya sendiri dan diikuti oleh 1 atau lebih pekerja rumah tangga (PRT) di belakangnya dengan menggendong anak plus membawa barang belanjaan atau keperluan anak si majikan, tentu sudah nggak asing lagi di mata kalian, bukan?
Dari sekian banyak pemandangan yang ada di dalam kota, pemandangan rombongan ibu-ibu-ke-mal seperti di atas jadi pemandangan yang paling gue nggak suka. Antara kasihan sama si anak dan PRT yang punya beban kerja tambahan, terus di sisi lain sebel banget sama orang tua (entah si bapak, si ibu, atau si bapak dan ibu) yang terkesan 'lepas tangan' soal urusan anak-anaknya. Kalau soal 'lepas tangan', mengambil pengalaman gue sendiri selama ini sebagai seorang anak, memang kedengaran dangkal sekali penilaiannya langsung ke situ. Salah satu kelebihan punya PRT itu meringankan tugas para ibu rumah tangga, tapi kan kalau urusan anak harusnya tetap jadi domain utama lo sebagai orang tua. Terdengar sangat tidak seimbang, karena gue melihatnya dari sisi anak, berdasar pengalaman gue selama ini, bukan dari sisi orang tua.
Pasti orang tua yang bersikap begitu punya alasan sendiri di balik tindakannya, dan mungkin nggak cuma satu lapis (ingat iklan wafer Tango? Berapa lapis? Ratusaaaaaaan. Oke salah fokus) alias didasari oleh banyak pertimbangan. Yang mau gue tekankan di sini adalah jadi orang tua itu nggak gampang. Ini bukan cuma masalah berapa banyak mainan yang bisa lo kasih atau seberapa bagus baju baru yang bisa lo beliin buat anak lo, tapi lebih ke ikatan (bonding) hubungan orang tua-anak yang punya nilai spesial dibanding jenis hubungan antarmanusia lain di bumi ini. Cinta orang tua ke anak itu tanpa syarat, nggak ada yang namanya garansi sebatas 1 tahun atau cash back 20%. Karena tanpa syarat itulah, nilainya terlalu rendah untuk berhenti pada nominal angka atau barang materil yang suatu waktu akan rusak, kondisinya nggak sama seperti waktu pertama kali dibeli. Jadi orang tua itu tugas mulia, sekaligus tanggung jawab besar karena kenapa? Tuhan sudah begitu baik untuk menitipkan manusia lain (entah satu, dua, atau lebih) untuk lo asuh, lo ajarin cara hidup bermasyarakat, lo jaga sebagai makhluk yang menyandang predikat "anak lo". Tanggung jawab besar karena dia ini manusia, makhluk hidup, bukan barang mati yang bisa diberi perlakuan sembarangan. Jadi, buat para orang tua yang masih suka nyuekin anaknya di luar sana, being a parent isn't just about trolling your baby-trolley around the parks or malls, it is more than that. Jangan sampai anak lo malah lebih kenal dan merasa dekat dengan pengasuhnya dibanding dengan orang tuanya sendiri. You're digging your own grave if it happen.
Akhir kata (jadi kayak buku), semoga gue tidak berkesan menggurui ya hahaha. Serius! Ini semua pengaruh dari mendengarkan siaran psikolog Ibu Ratih Ibrahim soal parenting di radio. Nah mungkin buat para orang tua yang nyasar ke blog ini atau buat kamu yang mau belajar jadi orang tua, bisa mendengarkan siaran beliau setiap hari Kamis di 97.90 Female Radio :) cheers!!
Pasti orang tua yang bersikap begitu punya alasan sendiri di balik tindakannya, dan mungkin nggak cuma satu lapis (ingat iklan wafer Tango? Berapa lapis? Ratusaaaaaaan. Oke salah fokus) alias didasari oleh banyak pertimbangan. Yang mau gue tekankan di sini adalah jadi orang tua itu nggak gampang. Ini bukan cuma masalah berapa banyak mainan yang bisa lo kasih atau seberapa bagus baju baru yang bisa lo beliin buat anak lo, tapi lebih ke ikatan (bonding) hubungan orang tua-anak yang punya nilai spesial dibanding jenis hubungan antarmanusia lain di bumi ini. Cinta orang tua ke anak itu tanpa syarat, nggak ada yang namanya garansi sebatas 1 tahun atau cash back 20%. Karena tanpa syarat itulah, nilainya terlalu rendah untuk berhenti pada nominal angka atau barang materil yang suatu waktu akan rusak, kondisinya nggak sama seperti waktu pertama kali dibeli. Jadi orang tua itu tugas mulia, sekaligus tanggung jawab besar karena kenapa? Tuhan sudah begitu baik untuk menitipkan manusia lain (entah satu, dua, atau lebih) untuk lo asuh, lo ajarin cara hidup bermasyarakat, lo jaga sebagai makhluk yang menyandang predikat "anak lo". Tanggung jawab besar karena dia ini manusia, makhluk hidup, bukan barang mati yang bisa diberi perlakuan sembarangan. Jadi, buat para orang tua yang masih suka nyuekin anaknya di luar sana, being a parent isn't just about trolling your baby-trolley around the parks or malls, it is more than that. Jangan sampai anak lo malah lebih kenal dan merasa dekat dengan pengasuhnya dibanding dengan orang tuanya sendiri. You're digging your own grave if it happen.
Akhir kata (jadi kayak buku), semoga gue tidak berkesan menggurui ya hahaha. Serius! Ini semua pengaruh dari mendengarkan siaran psikolog Ibu Ratih Ibrahim soal parenting di radio. Nah mungkin buat para orang tua yang nyasar ke blog ini atau buat kamu yang mau belajar jadi orang tua, bisa mendengarkan siaran beliau setiap hari Kamis di 97.90 Female Radio :) cheers!!
Artikelnya menarik deh, nggak tau kenapa seneng aja, yang dibahas simple tapi penggunaan kata-katanya menggugah er. Kaya nggak ada garansi 1 tahun atau cashback 20% hahaha. I Love this post !:D
ReplyDeleteHuaaa :"D cashback 20% itu akibat gue keseringan liat iklan di koran deh kayaknya nami hahaha. Thank you!!!! <3
DeleteKalo sekarang kayaknya semakin susah, sih kalo mau jadi orang tua (terutama) ibu ideal. Masalahnya simple, karena kesibukan. Atau mungkin si perempuannya yang masih belum siap untuk nikah dan punya anak.
ReplyDeleteMakanya gw sendiri juga merasa setiap kali ke mall, liat ibu yang lagi jalan sama anak (dengan atau tanpa PRT), rasanya agak miris. Dan gw sering bertanya sama diri gw sendiri,
"Nanti gw bakal dapet istri yang model apa, ya? Yang kayak gini, kah? Kerjaannya ngabisin uang suami tapi ngedidik anak aja ga bisa." :))
Nice post, anyway! :2thumbups
Nah kayaknya lebih banyak yang bersikap gitu gara-gara belum siap untuk nikah & punya anak. Mungkin. Gue kan ga ada data statistiknya jadi cuma bisa mengira-ngira doang hahaha!
DeleteKomentar lo bisa dibilang sedikit curcol lagi ye? Perasaan bukan sekali ini doang deh :)))))))))) *kabur*
Thank you anyway!!