Selalu di Hati

Cerita yang mau gue tulis ini mungkin simpel, biarpun kesannya sangat sederhana tapi dengan ingat mereka aja selalu bikin gue berhasil tersenyum dan bersyukur lagi dan lagi. Gue bukannya mau jadi Mario Teguh atau motivator hidup lain (nggak bakat juga. Haha!), karena dasarnya posisi gue dan lo sama: sama-sama lagi belajar hidup, sama-sama lagi diuji, sama-sama lagi mengejar mimpi, sama-sama lagi berjuang.

Sekarang ini gue udah masuk semester 4. Nggak kerasa ternyata udah dua tahun lulus dari SMA. Time does fly fast in a rocket scale. Aryo masih sekolah di Yogya, Putri tetap di BSD. Situasi siang hari di rumah gue itu biasanya seperti ini: bokap yang udah nggak bekerja biasanya duduk di ruang depan (kadang sambil membaca koran) - nyokap yang memang selalu ada di rumah - dengan tambahan gue kalau pulang cepat atau si Coki (kucing keluarga). Biarpun kelihatannya gue akan lebih sibuk daripada Putri, yang sering terjadi adalah gue bisa pulang ke rumah lebih cepat daripada dia! Hasilnya, gue masih bisa menikmati tidur siang yang panjang dan leyeh-leyeh sebelum ngerjain tugas muahaha. Sebelum tidur, biasanya gue suka mendengar obrolan bokap-nyokap. Nggak tahu kenapa, kalau mendengar suara mereka ngobrol gue jadi tenang. Mungkin kedengaran aneh, tapi memang begitu adanya. Topik yang jadi bahan obrolan macam-macam, mulai dari tingkah laku Coki atau Genduk (induknya Coki), cerita-cerita tentang tetangga, sampai diskusi berat yang sumber beritanya berasal dari koran atau radio. Sering gue pura-pura udah tidur di kamar biar nggak mengganggu mereka, biarpun kadang nggak tahan juga untuk ikutan komentar atau bertanya tentang hal yang nggak gue mengerti. Dengerin obrolan mereka menjadi semacam jaminan, kalau mereka akan selalu ada buat gue dan adik-adik. Analoginya kayak kasur yang empuk. Betapa berat dan capeknya lo setelah menjalani satu hari, kasur itu akan selalu ada buat lo, setia menunggu di kamar tidur. "Emang kasur ngapain sih?" Ya dengan keempukkannya itu dia bikin lo nyaman, membuat lo lebih lega, dan tentu rasa capek lo berkurang. Dengerin orangtua gue ngobrol itu selain sukses mendamaikan hati, juga membuat gue bersyukur masih punya orangtua yang lengkap. Bukan lantas mereka nggak pernah berdebat atau adem ayem terus, namanya juga manusia. Bukan itu intinya. Yang penting bukan memori tentang isi berantem mereka, gue lebih ingin menyimpan hari-hari di mana mereka ngobrol, ngobrol, ngobrol, waktu "our time"-nya mereka berdua di tengah-tengah kesibukan penuh sebagai orangtua. Memang sederhana, tapi gue senang dengan kebiasaan mereka yang seperti itu, yang bisa bikin hati tenang dan damai, yang selalu bisa bikin tersenyum. Buat gue, mereka akan selalu ada di hati.

Comments

  1. Ciee... Oenyoe banget postingannya. :))
    Enak juga, ya jadi lo. Kalo gw hampir 80 persen forever alone! :))

    ReplyDelete

Post a Comment

What are you thinking? Tell it to me!

Popular Posts