Main Aman

Tanpa mengurangi rasa hormat kepada orang tua yang telah merawat dan mendidik gue sampai saat ini, ada satu sikap dari mereka yang nggak gue suka. Meskipun terbilang sebagai anak baik-baik dan jarang membuat masalah, nggak berarti gue selalu setuju sama semua pandangan/aturan yang dibuat oleh bokap dan nyokap di rumah.

Kembali ke masalah sikap tadi, setelah gue perhatikan lebih serius, sikap ini bukan hanya dimiliki oleh orang tua gue saja. Kebanyakan orang tua masih memegang sikap ini, bahkan bukan tidak mungkin orang tua lo juga punya sikap yang sama.

“Emang apa sih sikap yang lo maksud, Er?”

Buat yang belum ngerti gue selanjutnya mau bicara soal apa, coba baca judul post ini di atas.


Gimana? Udah?

Yup, apalagi kalau bukan sikap main aman. Sering banget nggak sih orang tua lo melarang kalian melakukan hal-hal tertentu karena mereka pikir kegiatan atau pilihan lo itu nggak baik buat lo. Oke, mungkin nggak sesering itu juga, tapi pasti pernah deh orang tua melarang kalian memilih atau melakukan suatu hal. Yang perlu digarisbawahi di sini, kegiatan seperti mengonsumsi narkoba atau mabuk-mabukan nggak masuk hitungan ya. Kalau hal itu yang dilarang, alasannya jelas bisa dimengerti.

Sejak kecil, ada anak yang sudah dilarang bermain kotor-kotoran oleh orang tuanya. Sampai ada iklannya segala yang dibuat Rinso mengenai ketakutan orang tua ini, inget? Bagi kita yang sudah lebih besar, larangan tersebut sifatnya nggak terlalu penting. We feel okay because the subject is them (kids), not us. Beranjak dewasa, setiap orang tua dari keluarga berbeda punya aturan main sendiri bagi anggota keluarganya, termasuk untuk si anak. Ada yang nggak boleh pulang lebih dari jam 8 malam, nggak boleh pacaran dengan orang yang beda agama dsb. (admit it, this kind of thing does happen in real life, doesn’t it?), nggak boleh mengambil kuliah jurusan tertentu (karena dianggap nggak punya masa depan), nggak boleh pergi sendirian (biasanya buat cewek), dan masih banyak larangan lain yang bisa bikin daftarnya bertambah panjang.

"Orang tua mana pun pasti menginginkan anaknya mendapatkan hal-hal terbaik dalam hidup."

Gue ngerti kalau mereka cuma pengen anaknya dapat yang terbaik, paling bagus, hidupnya lancar, semua hal yang baik pokoknya. Tapi kalau si anak nggak dibiarin ‘jatuh’ atau ‘sakit’, anaknya nggak bakal ngerasain hidup sesungguhnya. Pernah kan denger ungkapan seperti ini, LIVE YOUR LIFE TO THE FULLEST? Nah, seorang anak yang dibiarkan main aman terus oleh orang tuanya nggak akan tahu yang namanya rasa sakit, kecewa, mereka cuma ngerti senang, lancar, senang terus. Kalau pada akhirnya mereka ketemu dengan rasa sakit itu, tanggapan yang diberikan pasti berbeda dengan anak yang dibiarkan bebas-tapi-beraturan oleh orang tuanya.

Jadi, yang mau gue bilang di sini adalah kalau anak udah menetapkan suatu pilihan, kenapa orang tua nggak coba untuk memberi izin (dan dukungan) kepada anak atas pilihannya itu? Kalau ternyata setelah waktu berjalan pilihan si anak terbukti salah dan dia jadi sakit hati, ya udah orang tua coba ngertiin, jangan ikut nyalah-nyalahin karena anaknya di sisi lain udah mendapat pelajarannya sendiri.

Karena pada akhirnya (kalau mau dilihat dari sisi paling buruk), yang sakit kan anaknya, bukan mereka. Dan yang ngejalanin pilihan itu juga si anak, bukan si orang tua, kenapa nggak coba let it flow dan bersikap sedikit santai? :)

Comments

Post a Comment

What are you thinking? Tell it to me!

Popular Posts